8 Contoh Naskah Teater Singkat dengan Berbagai Tema

8 Contoh Naskah Teater Singkat dengan Berbagai Tema

Teater merupakan ragam seni berupa pengembangan ekspresi diri dengan memadukan bahasa, bunyi, gerak, dan peran. Sama seperti drama, teater dipentaskan untuk menunjukkan potret kehidupan manusia kepada penonton.

Agar bisa ditampilkan secara utuh, seni teater mengandung beberapa unsur yang saling berkaitan. Salah satu unsur teater yang paling penting adalah skenario atau naskah.

Naskah merupakan suatu bentuk tulisan dari cerita yang akan divisualisasikan ke dalam pementasan teater. Mengutip Buku Siswa Seni Budaya SMA/MA Kelas 10 tulisan Jelly Eko Purnomo, naskah berbentuk percakapan atau dialog dengan bahasa lisan yang komunikatif.

Naskah ditulis berdasarkan apa yang dilihat, dialami, dan dibaca penulis. Penulis kemudian menyusun rangkaian kejadian hingga mencapai puncak atau klimaks dan menemukan penyelesaian cerita.

Dapat dikatakan bahwa naskah adalah nyawa dari teater. Melalui naskah, pemain dapat mendalami karakter mereka masing-masing, memahami latar cerita yang akan ditampilkan, serta menyampaikan dialog dengan baik di atas panggung.

Contoh Naskah Teater Berbagai Tema

Ada berbagai tema yang bisa ditulis menjadi naskah untuk ditampilkan dalam pementasan. Mulai dari tema sehari-hari seperti persahabatan, sekolah, romansa, hingga tema yang diambil dari cerita atau dongeng bersifat kedaerahan alias cerita tradisional.

Berikut 8 contoh naskah teater berbagai tema yang dikutip dari buku Be Smart Bahasa Indonesia oleh Grafindo Media Pratama.t, LAKON tulisan Heida Safaat dkk., dan situs Monologblogger.

1. Contoh Naskah Teater dengan Latar Pedesaan

Jalan desa menuju sawah ladang. Pagi. Sambil berangkat ke sawah ladang masing-masing, warga desa bicara tentang kabar burung yang mereka dengar.

Parmin : "Ah, yang bener. Jangan guyon, Wahyu."

Wahyu  : "Bener, tanya saja kalau tidak percaya. Semua orang sudah tahu."

Parmin : "Kamu tahu dari siapa?"

Wahyu  : "Dibilang semua orang sudah tahu, ya dari orang-orang."

Parmin : "Ya, rapi dari mana asal kabar itu?"

Wahyu  : "Saya sendiri tidak tahu. Yang jelas, kabarnya Mbah Joyo akan segera pulang. Itu saja. Tuh, lihat Kamto. Tanya saja sama dia. Kamto, sini dulu."

Kamto yang muncul dari sisi lain perlahan mendekat.

Parmin : (Tidak sabar) "Apa bener Mbah Joyo segera pulang, Kamto?"

Kamto  : "Saya denger begitu, tapi sebaiknya jangan percaya dulu."

Parmin : "Kenapa begitu?"

Kamto  : "Karena kabarnya simpang siur. Dari sana lain, dari situ lain. Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu."

Parmin : "Ya, tapi bagiamana jelasnya? Jangan mutar-mutar begitu."

Dari arah lain muncul Mamat.

Kamto  : "Tunggu, tunggu. Coba kita tanya kakek Mamat dulu, coba."

Parmin : "Kek, dengan kabar soal Mbah Joyo?"

Mamat : "Seneng? Ya, jelas seneng kalau Mbah Joyo pulang. Ini berita gembira, kita harus syukuran nanti."

Parmin : "Loh, jangan senang dulu, jangan syukuran dulu. Kabar itu benar apa tidak?"

Mamat : "Eh, siapa bilang saya tidak gembira? Jelas saya gembira."

Parmin : "Loh, saya tahu Kakek gembira. Saya juga gembira kalau kabar itu benar. Tapi, berita itu dari mana asalnya? Benar atau tidak?"

Mamat  : "Apa?"

Parmin : "Jelaskan, Kamto. Jelaskan."

Kamto  : (Teriak) "Kakek dengar berita tadi dari siapa?"

Mamat  : "Loh, kok dari siapa, ya dari Roh Suci pelindung Festival Topeng. Konon, asal kita mau menebusnya dengan mengadakan selamat seribu tumpeng. Mbah Joyo bakal dipulangkan."

Parmin : "Tunggu, tunggu. Aduh ini kok tidak karuan ceritanya?"

Mamat  : "Ya sudah, begitu saja. Kita tinggal selamat, Parmin. Jadi, jangan bilang saya tidak senang ya?"

Parmin diam saja.

2. Contoh Naskah Teater tentang Mimpi

Andi: "Shan, aku ingin cerita nih ?"

Shani: “ Cerita apa? Soal mimpi gilamu, kan ? Kamu sekarang mau bermimpi apa lagi? Jadi astronot? Atau, berkelana ke planet Neptunus? "

Andi: “Hahaha, kau ini tahu saja. Aku memang mau menceritakan mimpiku. Tapi, mimpiku kali ini bukan se-aneh yang dulu. Kali ini, mimpi yang aku wujudkan ini lebih realistis. Aku ingin jadi penulis novel, Shan. Tepatnya menjadi penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau ini tukang ngayal. Jadi, aku yang menjadi penulis novel fantasi adalah yang bisa aku wujudkan. ”

Shani: “Widih, tumben-tumbenan mimpimu sial, mana bagus juga lagi. Eh, ngomong-ngomong, kamu udah bikin naskahnya belum? ”

Andi: " Udah, dong. Malah kemarin aku kirim ke penerbit. "

Shani: “Widih, mantap kali kalau begitu! Semoga naskah diterima penerbit ya, Ndi. ”

Andi: ”Aamiin. Makasih ya Shan,. "

Beberapa waktu kemudian.

Shani: “Ndi, bagaimana dengan naskah novelmu? Diterima penerbit tidak? "

Andi: “ Nggak, nih Shan. Malahan, aku disuruh revisi sama penerbitnya. Mana revisiannya banyak lagi. Ah, mimpi indah untuk bikin novel fantasi mimpi yang bisa aku wujudkan. ”

Shani: "Yaelah, Ndi. Naskah kamu kan cuma disuruh direvisi; bukan ditolak. Jadi, naskah kamu masih punya peluang buat diterbitkan oleh penerbit. Lagian, jika tidak diterbitkan di penerbit yang kamu tuju itu, kamu masih bisa kirim ke penerbit lain. Iya, kan ? ”

Andi: “Iya sih, Shan. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukannya. ”

Shani: "Sama-sama, Ndi."

Andi pun kembali merevisi naskah novelnya tersebut. Shani sebagai sahabatnya pun terus memberi dukungan dan memberi masukan kepada Andi. Cerita pendek, novel karangan fantasi Andi pun diterbitkan dan digemari oleh banyak pembaca.

3. Contoh Naskah Teater tentang Perjuangan

K.H. Zaenal Mustofa adalah sosok yang sangat disegani, dia seorang yang pemberani tegas dan tak pernah takut untuk mendirikan ajaran yang benar, meskipun banyak ancaman-ancaman yang menghampirinya.

Suatu ketika K.H. Zaenal Mustofa berada disebuah pesantren yang dia dirikan, yaitu pesantren sukamanah. K.H. Zaenal Mustofa kemudian mengumpulkan seluruh santrinya di halaman pesantren.

K.H. Zaenal Mustofa :"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh!"

Para Santri: "Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh!"

K.H. Zaenal Mustofa: "Selamat datang di Pesantren Sukamanah. Alhamdulillah,akhirnya pesantren ini sudah selesai dibangun meskipun sangat sederhana tapi mudah-mudahan kalian betah menimba ilmu disini, dan semoga ilmu yang kalian dapatkkan disini bisa bermanfaat di dunia dan akhirat, aamiin ya robbal alamin."

Para Santri : "Aamiin."

K.H. Zaenal Mustofa: : "Saya selaku pimpinan pesantren akan menerapkan beberapa kebijakan yang semoga saja bermanfaat bagi kalian yaitu kalian sebagai santri harus benar-benar belajar agama supaya kalian bisa memegang iman kalian dengan kuat, selain itu kalian disarankan belajar bahasa Belanda dan Melayu serta wajib mempelajari agarkalian bisa membela diri bila berhadapan dengan pejajah. Apakah kalian siap?”

Para santri: “Siaaaaaaaapppp!!”

K.H. Zaenal Mustofa: “Kita sebagai orang beriman harus berani menegakan kebenaran yangsebenar-benarnya. Kita jangan diam saja ketika negara kita tercinta dikuasai olch orang non muslim, Kita harus bersatu dan menyusun kekuatan agar kita bisa membebaskan negara ini dari kekuasaan penjajah, Allohu Akbar!!! merdekaaaaaa!!!" (sambil mengepalkan tangan)

Para Santri : Allohu Akbar!! Merdekaaaaa!!

Santri pun membubarkan diri dan kembali ke pondoknya masing-masing.

4. Contoh Naskah Teater tentang Persahabatan

Siang itu ketika jam istirahat sekolah berbunyi, Ari, Dian, Mala, Winda, dan Haris memesan makanan di kantin sembari mengobrol bersama.

Mala: Kalian tahu tidak kenapa Dika tidak masuk sekolah selama tiga hari? Apa dia sakit?

Haris: Terakhir saya melihat Dika kemarin sore duduk termenung di teras rumahnya ketika saya hendak ke warung dekat rumahnya. Saya sempat bertanya kenapa dia merenung dan tidak masuk sekolah. Dia hanya menjawab tidak apa-apa dan beralasan jika akhir-akhir ini dia selalu kesiangan.

Dian: Hmm, tidak mungkin Dika kesiangan terus menerus, dia kan anak rajin selalu bangun sebelum azan subuh. Jangan-jangan Dika sedang ada masalah tetapi dia tidak ingin menceritakan pada kita?

Winda: Ohiya, saya ingat, tiga hari yang lalu sepulang sekolah, ibuku bercerita kalau dia melihat Dika di pasar sedang membantu ibunya berjualan. Bukankah hari itu di mana hari pertama Dika tidak masuk sekolah?

Ari: Sebaiknya, sepulang sekolah nanti kita mengunjunginya untuk mengetahui apa yang terjadi pada Dika.

Winda, Haris, Mala, dan Dian setuju dengan usulan Ari. Sore harinya mereka berkumpul dan berangkat bersama menuju rumah Dika. Di sana mereka menemukan Dika sedang merapikan barang dagangan ibunya.

Dika: Teman-teman ada apa ya? Kenapa kalian mendadak kemari? Mari duduk dahulu.

Dian: Kami hanya ingin memastikan alasan kenapa kamu tidak masuk sekolah selama tiga hari berturut-turut karena kami semua tahu bahwa kamu sahabat kami yang paling rajin dan kami curiga kalau kamu sedang ada masalah.

Ari: Sebaiknya kamu menceritakan kepada kami apa masalahmu sebenarnya, Dik.

Dika: Maaf sebelumnya teman-teman, saya tidak ingin menceritakan karena malu dan tidak ingin menyusahkan kalian. Saya bekerja membantu Ibu untuk meringankan biaya sekolah. Saya terancam tidak bisa membayar uang SPP dan saya kasihan melihat Ibu bekerja sendiri.

Mala: Kalau begitu besok sore kami akan membantu berkeliling menjualkan sebagian daganganmu. Bagaimana teman-teman?

Haris: Saya setuju!

Winda: Ibuku sering membeli dagangan Ibumu karena ikan dan sayurnya selalu segar. Jajanan pasarnya juga lezat. Nanti saya tanyakan pada Ibu untuk menawarkan jajanan ibumu kepada teman-teman arisannya.

Dika: Terima kasih ya, Sahabatku, kalian memang sahabat sejatiku.

5. Contoh Naskah Teater Cerita Rakya

Malin Kundang adalah seorang anak yang telah lama merantau meninggalkan tanah kelahirannya. Ia mengembara mengadu nasib demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia meninggalkan Mande, ibu kandungnya seorang diri di tanah kelahirannya. Singkat cerita, akhirnya Malin Kundang berhasil menikah dengan seorang putri saudagar kaya raya. Ia pun kembali ke tanah kelahirannya bersama sang putri.

Malin : "Istriku, inilah tanah kelahiranku dulu." (Sambil menunjuk ke arah daratan dari atas perahu yang bersandar)

Putri : "Sungguh indah sekali tanah kelahiran kau ini Kanda."

Mande : (Berlari tertatih-tatih) "Malin! Kau kah itu nak?" (Berteriak kegirangan)

Putri : "Siapakah wanita tua itu Kanda?"

Malin : (Menyembunyikan wajah terkejut ketika melihat ibunya berlari ke arah perahu) "Kanda tak tahu Dinda. Mungkin itu hanya pengemis yang ingin meminta sedikit sumbangan dari kita saja. Sudah jangan pedulikan lagi dia."

Mande : "Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah kau pada ibu yang telah mengandung dan membesarkan kau ini Malin?"

Malin : "Wahai wanita tua! Jangan sekali-kali kau berani mengaku sebagai ibuku. Enyahlah kau! Ibuku bukan wanita tua renta sepertimu, dan ibuku sudah lama meninggal. Pergi kau dari sini! Jangan sampai kau mengotori kapalku ini!" (Berteriak emosi sambil menunjuk ke ibunya)

Mande : (Ia menangis menahan kesedihan) "Ya Tuhan, kenapa pula anakku berubah menjadi seperti ini? Apa salahku ini Tuhan? Jika memang ia bukan anakku, maka maafkanlah ia yang telah menghinaku ini. Namun jika ia benar anakku si Malin Kundang, maka hukumlah dia yang telah durhaka itu." (Sambil menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan)

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, petir datang menggelegar. Badai besar tiba-tiba datang dan kapal Malin Kundang terbalik. Seketika kilat menyambar tubuh Malin dan istrinya. Anehnya, mereka berdua kemudian berubah menjadi batu. Itulah kekuatan doa seorang ibu. Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua.

6. Contoh Naskah Teater tentang Kerajaan

Di suatu masa hiduplah seorang raja yang bernama munding wangi dan memimpin kerajaan yang damai dan sejahtera dan mempunyai anak yang sangat cantik bernama kadita, saking cantiknya maka ia di juluki Dewi srengenge (Dewi matahari).

Namun raja munding wangi belum puas dan bersedih karena ia mengharapkan anak laki-laki, lalu raja munding wangi menikahi dewi mutiara.

ADEGAN 1

Munding Wangi: (Murung) apakah aku harus menikah lagi agar aku mempunyai seorang anak laki-laki

Ratu: kanda barusan bicara apa?

Munding wangi: ti..ti..dak istriku, kanda hanya menginginkan seorang anak laki-laki

Ratu: Kita kan sudah mempunyai seorang anak yang sangat cantik, apa kanda ragu putri kita bisa menggantikan posisi kanda sebagai pemimpin di masa yang akan datang?

Munding wangi: Iya istriku, kanda ragu kalau putri kita bisa memimpin kerajaan

Ratu: Kanda harus yakin putri kita pasti bisa memimpin negeri ini

Pembicaraan Ratu dengan Raja terdengar oleh Dewi Mutriara

7. Naskah Teater tentang Duka

SAMUEL: Saya mengawasinya di sana, melalui jendela. Aku melihatnya mengembuskan napas terakhirnya, melalui jendela yang mengerikan itu. Aku sudah di sini sepanjang pagi, aku tidak bisa bergerak. Aku tidak tahu apa yang lebih beku, hatiku atau tulangku.

Tirai jendela terus bertiup. Sesekali aku melihat bayangannya, bersandar di tempat tidur, putih seperti hantu, menatap ke angkasa…tapi, entah bagaimana, aku tahu dia merasakan kehadiranku, entah bagaimana aku tahu dia tahu aku ada di sana.

Aku melihat dadanya naik turun dan yang bisa kulakukan hanyalah menunggu.

Aku ingin berlari ke arahnya, memberitahunya semua yang perlu kukatakan padanya sebelum lampu padam, tapi aku tidak bisa, kau tahu, bukan karena cara kami diperlakukan, kau tahu ... bukan karena cara kami dibesarkan. tahun-tahun itu ... kurang dari hewan yang terluka ...

Ahh, apa artinya semua itu, sungguh… apa artinya semua ini?

Berawan sepanjang pagi, tetapi matahari memutuskan untuk muncul, tepat saat Ibu pergi. Itu hangat, mengundang, saya dipeluk olehnya; olehnya, terakhir dan satu-satunya saat dia memberiku itu; Aku masih bisa merasakan sisa es di pipiku.

Dia meninggalkan kami dengan selamat. Itu masih ada sejak itu.

8. Contoh Naskah Teater tentang Pendidikan

Dalam kelas 10 SMA sedang berlangsung pelajaran sejarah.

Bu Ratna: "Anak-anak buatlah kelompok sebanyak 4 orang, lalu presentasikan sejarah kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda hingga bisa merdeka!"

Siswa: "Baik Bu"

Bu Ratna pun keluar dari kelas, dan siswa mulai berdiskusi tentang tugas kelompok tersebut.

Sinta: "Lis, ayo kita masuk ke kelompok Rima! Rima kan pintar, pasti tugas kita cepat selesai".

Lisa: "Betul juga Sin, yuk kita ke Rima!"

Sinta: "Rima, aku sama Lisa masuk kelompokmu ya".

Rima: "Boleh Lis, Sin, kebetulan aku baru berdua sama Nita".

Nita: "Hari minggu besok kita kerjakan tugasnya di sekolah ya. Kalian ada saran buat pembagian tugasnya?"

Lisa dan Sinta: "Terserah kalian saja, kita ikut".

Rima: "Aku bisa mengumpulkan materi tentang perang-perang dalam memperjuangkan kemerdekaan".

Nita: "Aku bisa mengumpulkan materi tentang perjanjian dan pertemuan dalam perjuangan kemerdekaan".

Sinta: "Kalau gitu, biar aku sama lisa yang bikin power pointnya".

Rima: "Yasudah kalau begitu, sampai bertemu besok ya!"

Keesokan harinya....

Keesokan harinya Rima dan Nita telah berada di sekolah, namun Lisa dan Sinta tidak kunjung datang. Tiba-tiba Sinta menelpon Rima.

Sinta: "Rima maaf ya aku sama lisa gabisa ikut kerja kelompok karna kita udah ada janji pergi sama temen ke mall. Kalian kerjain aja berdua ya nanti uang printnya aku yang bayar".

Rima: "Tapi Sin, nanti kalian engga ngerti materinya".

Sinta: "Nanti kan yang presentasi bisa kamu sama Nita, gausah ribet kan ini Cuma pelajaran sejarah".

Rima: "Tapi kan Sin, loh malah dimatikan telponnya Nit. Gimananih kita harus ngerjain berdua kayanya".

Nita: "Yaudah mau gimana lagi Rim, daripada kita dapet nilai jelek juga".

Nita dan Rimapun mengerjakan tugas berdua hingga selesai. Keesokan harinya dikelas presentasi di depan Bu Ratna dimulai.

Bu Ratna: "Kelompok 1, Rima, Lisa, Sinta, dan Nita silahkan maju".

Kelompok 1: "Baik, Bu".

Bu Ratna: "Siapa yang akan presentasi?"

Sinta: "Rima sama Nita, Bu".

Bu Ratna: "Kalau gitu silahkan Sinta dan Lisa yang presentasi".

Lisa: "Ko kami bu? Yang mau presentasi kan Rima sama Nita".

Bu Ratna: "Loh bukannya sama saja, kalian kan mengerjakan sama-sama. Siapapun yang presentasi bukannya sama saja. Ayo cepat dimulai Lisa, Sinta!"

Sinta: "Jadi sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai dengan emm… anu"

Bu Ratna: "Kenapa Sinta? Lisa coba kamu lanjutkan presentasinya".

Lisa: "emmm.. jadi Bu…"

Bu Ratna: "Kenapa kalian tidak paham tugas yang kelompok kalian sendiri? Rima, Nita, apa betul Sinta dan Lisa ikut mengerjakan tugas?"

Nita: "Sebenarnya tidak Bu, saya hanya mengerjakan berdua dengan Rima karena Lisa dan Sinta tidak bisa datang".

Rima: "Betul Bu, saat kerja kelompok hari minggu Sinta dan Lisa tidak bisa hadir.

Bu Ratna: Kenapa kalian tidak bisa hadil Sinta, Lisa?"

Lisa: "Gimana ini Sin?"

Sinta: "Kami sakit Bu, jadi tidak bisa datang hari itu".

Bu Ratna: "Jangan bohong kalian, saya lihat kalian di mall hari minggu. Seharusnya kalian belajar sungguh-sungguh bukannya main-main seperti ini, apalagi hanya numpang nama di tugas kelompok kalian. Minta maaflah kepada Rima dan Nita, lalu jangan ulangi lagi atau kalian tidak akan naik kelas".

Sinta: "Maafkan saya Bu Ratna, saya tidak akan mengulanginya lagi. Aku minta maaf ya Rima, Nita, aku janji gaakan gitu lagi".

Lisa: "Saya juga minta maaf, Bu. Rima, Nita, aku minta maaf ya sama kalian. Setelah ini aku akan belajar sungguh-sungguh, aku janji".

Postingan populer dari blog ini

Peta Indonesia Lengkap dengan Nama Provinsi di Dalamnya

Begini Cara Memainkan Alat Musik Kecapi yang Mirip seperti Gitar

Cara Mengatasi You Need Permission to Perform This Action